Tahun 2020 Nanti, Jalur Gaza Tidak Layak Dihuni Oleh Manusia

Komisi Hak Asasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meneliti kondisi Jalur Gaza, Palestina. Hasilnya, wilayah berbatasan dengan Mesir itu diprediksi bakal tidak layak huni bagi manusia pada 2020.

Penelitian itu mencakup kualitas air bersih, kebersihan, pendidikan, dan sanitasi. Meski otoritas Gaza dari kelompok Hamas berupaya meningkatkan taraf hidup masyarakat, jumlah penduduk terus meroket. Ketua komisi hak asasi PBB untuk Gaza, Maxwell Gaylard, menilai situasi ini bisa membaik bila kota itu mendapat akses dari luar.


"Sebuah kota akan hancur bila tidak terhubung dengan daerah sekitarnya," ujar Gaylard, seperti dilansir BBC.

Jumlah penduduk Gaza setiap tahun terus bertambah. Saat ini ada 1.6 juta warga tinggal di kawasan seluas 365 kilometer persegi. Delapan tahun lagi, komisi hak asasi PBB meramalkan jumlah manusia akan meningkat menjadi 2,1 juta.

Situasi itu berarti tumpukan manusia di kawasan yang hanya separuh DKI Jakarta. Bahkan bencana sosial bisa datang lebih cepat karena dari penelitian PBB, sumber air tanah di kota itu telah rusak dan tidak akan ada air bersih layak minum empat tahun lagi.

Kondisi Gaza bertambah buruk sebab kota itu tidak memiliki pelabuhan dan bandara. Pasokan kebutuhan pokok warga sangat bergantung pada barang selundupan dari perbatasan Mesir yang berjarak 11 kilometer dari pusat kota. Angka pengangguran juga tinggi, mencapai 29 persen menimpa perempuan dan anak muda.

Salah satu solusi buat masalah Gaza adalah rekonsiliasi antara dua faksi perjuangan Palestina, Hamas dan Fatah yang bercokol Tepi Barat. Persaingan keduanya malah merugikan pelayanan buat warga sipil.

Sikap Israel juga berperan besar mengubah kondisi di kawasan itu dengan mengendurkan isolasi. Ketika Hamas berkuasa di Gaza pada 2007, pemerintah Zionis mengetatkan pengawasan perbatasan dan otomatis mengisolasi warga dari dunia luar. Kebijakan ini merupakan salah satu faktor utama yang membuat kondisi kota ini tidak layak huni seperti sekarang. [mdk]