"Bangun tidur, ada beberapa persen rasa sedih. Saya ingat senyumnya. Ingat setiap harinya. Masih ingat terakhir kali dia membuatkan dan mengantarkan teh untuk saya pagi-pagi. Tadi pagi bukan Susi lagi yang mengantarkan teh," ungkap Tukul.
Tukul sempat terkejut, karena biasanya disapa dan diantarkan teh oleh istrinya, Susi Similikiti. Tapi Kamis pagi setelah kepergian Susi pada Selasa, 23 Agustus 2016, pekerjanya yang mengantarkan. Demikian juga putra bungsunya, Wahyu Jovan Utama, 7 tahun, seperti masih merasa ibunya berada bersama mereka.
"Tadi pagi Jovan lupa. Sebelum berangkat sekolah pamit kepada saya, dia bilang begini, ‘Ayah, nanti pulang sekolah, saya sama ibu mau... Eh, enggak, enggak, Ayah. Lupa,'" ujar Tukul menirukan kata-kata anaknya.
Si kecil Jovan meralat ucapannya kemudian, "Jovan lupa. Ibu sudah di surga. Di surga berarti ibu bisa bertemu dengan ibunya juga ya, Ayah."
Tukul pun menimpali anaknya, "Iya, Jovan. Ibu sudah bahagia di surga. Kalau jalan hidupmu dan Ayah benar, kelak bisa masuk surga dan bertemu lagi dengan Ibu. Kalau jalan hidup enggak benar, ya enggak masuk surga. Makanya hidup yang benar seperti ibumu," kata Tukul.
[tabloidbintang.com]