"Sekarang makin sulit hidup di Singapura. Pemerintah terus membebani kami dengan macam-macam pajak. Kami memang bisa punya apartemen sendiri yang kami cicil dari pemerintah. Tapi Pemerintah pintar! Mereka menyuruh kami nyicil sampe saya umur 70 tahun. Kalo saya mati, apartemen itu hanya bisa saya wariskan kepada anak saya beberapa tahun saja karena setelah 90 tahun, apartemen itu kembali menjadi milik negara dan anak saya harus kembali nyicil sampai tua seperti saya. Orang Singapura tidak bisa benar-benar memiliki seperti orang Indonesia memiliki rumah yang diwariskan turun-temurun!
Punya mobil, jangan mimpi! Untuk mobil sekelas mobil Jepang seharga 300 juta, warga negara Singapura harus membeli selembar surat senilai kira-kira 700 juta, baru bisa membeli mobil seharga 300 juta! Jadi mobil 300 juta harus dibayar 1 milyar! "Bandingkan dengan di Indonesia, kata sopir taxi itu! Orang Indonesia bisa langsung membeli mobil berapapun harga yang dia mau! Bahkan orang Indonesia bisa memelihara mobil tersebut sampe melebihi umur pemiliknya kalo mau! Kami di Singapura setelah membeli mobil seharga 300 juta dengan uang 1 milyar nyicil 10 tahun. Setelah 10 tahun kami harus kembali nyicil mobil baru dan kembali membeli surat hak punya mobil yang harganya 3 kali lipat harga mobil!"
"Orang Singapura hidup mengabdi dan bekerja untuk pemerintah, bukan untuk kesejahteraan kami! Orang Indonesia hidup dan bekerja untuk diri mereka sendiri. Pemerintah Indonesia tidak sepintar pemerintah di negara kami, tapi Pemerintah Indonesia tidak sekejam Pemerintah negara kami! Singapura enak buat turis, bukan buat kami warga negaranya! Jutaan orang Indonesia datang ke negeri untuk belanja! Sementara hanya sedikit orang Singapura yang pergi ke Indonesia, itu pun untuk bekerja bukan belanja atau jalan! Indonesia better lahhh...." Kata sopir taxi itu menutup pembicaraan!
[Sumber: FB - Ndang Sutisna]
Baca Juga: Buku Ini Dinilai Menyesatkan Karena Merubah Urutan Nabi Muhammad Bukan Nabi Terakhir