Said Aqil: Saya Jamin, 80 Juta Warga NU Tidak Satupun Yang Terlibat Teroris

Ledakan bom, Negara Islam Iraq dan Suriah dan gerakan ekstrimis menjadi tiga tema yang selalu dikaitkan dengan Islam. Padahal, tiga tema tersebut bertolak belakang dengan ajaran Islam.


Hal ini memicu keresahan umat Islam di hampir seluruh dunia, khususnya kalangan ulama. Keresahan ini juga dirasakan oleh umat Islam Indonesia.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siradj mengatakan kesalahan utama bagi para ekstrimis itu ialah tidak menyadari keislaman yang berkonsep damai. Untuk itu dia menyarankan terbentuknya satu persepsi mengenai Islam yang damai dan di titik ini Indonesia harus menjadi pionir.

"Di Indonesia, kita harus satu persepsi tentang Islam yang aman, damai dan berkemanusiaan. Baru kita bicara lantang di luar negeri atau di PBB," kata Said, saat konferensi pers International Summit Of The Moderate Islamic Leaders (ISOMIL), Senin, 9 Mei 2016.

Dia mengatakan, seharusnya negara-negara Timur Tengah mengubah cara pandang politik. Selama ini banyak negara-negara di Timur Tengah yang menganggap nasionalisme adalah konsep Barat yang sekuler.

"Islam menolak itu (nasionalisme) menurut orang Timur Tengah," ucap dia.

Kondisi ini berkebalikan dengan apa yang dijalani NU, yang justru mencintai dan membela Indonesia. Sebab, tanpa adanya negara yang kokoh, Islam tidak mungkin dapat berdakwah.

"Kalau Tanah Air kita enggak kuat bagaimana mungkin mau bangun aktivitas dakwah Islam," ucap dia.

Upaya NU dalam menggabungkan Islam dan nasionalisme juga telah terbukti. Said menjamin, warga NU atau Nahdliyin tidak akan tersentuh paham radikal. Sebab, ajaran para ulama NU, selalu mengajak masyarakat untuk toleran.

"Kalau warga NU sih dari dulu, sejak tidak ada bom. Sebab, para kyai selalu mengajak umat untuk toleran, menghormati, tak boleh sombong apalagi membunuh. Makanya saya jamin, 80 juta warga NU tidak satupun yang terlibat teroris. Saya jamin itu," ucap dia. [drm]