Dilarang Berjenggot, Pengemudi Taksi Reguler Ini Hijrah Ke Taksi Online

Selain karena pemanfaatan teknologi yang semakin maju, ternyata ada alasan lain yang membuat sejumlah pengemudi taksi reguler hijrah ke taksi online. Alasan mereka yang hijrah itu tidak semuanya karena inisiatif sendiri, namun juga karena dipecat perusahaan taksi reguler yang melarang pengemudinya berjanggut.


Sebagaimana dituturkan Suwiryo Jurubicara Paguyuban Pengebudi Grab Car pada acara Indonesia Lawyers Club, Selasa (22/3/2016) bahwa dirinya meninggalkan perusahaan taksi BB karena dilarang berjanggut.

Merespon pernyataan Suwiryo, para netizen yang juga berprofesi serupa turut memposting pengakuan mereka pada akun Facebooknya pada hari yang sama. Salah satunya adalah Kholid Abdullah Al Ghozali yang mengatakan bahwa, “Saya sendiri exs taksi baik yg warna biru atau putih. Kenapa bisa pindah?? Krn masalah diskriminasi juga iya. Dimananya??? Ya krn ga boleh piara jenggot. Pdhl kan saya laki-laki dan saya muslim. Jadi knapa ga boleh piara jenggot.”

Selain permasalahan diskriminasi tersebut, Kholid juga mengemukakan serba-serbi menjadi mitra taksi berbasis online lainnya, sebagai berikut:

"Saat saya bergabung.
1. Harus bergabung dgn PPRI.
2.Kita di kenakan pajak 6%.

Lah ko bisa kata pak menteri aplikasi ini katanya ga bayar pajak.
Lo ko bisa iklan di mana-mana ko blum kantongin izin??

Lalu pajak ini larinya ke mana??
Laku knpa di izinkan pasang iklan??
Lalu knapa setelah ada demo para-para bru pada sibuk??

Maaf ya pak menteri kami driver siap uji kir dn pasang peneng klo emang di haruskan. Tp ya jangan di buat rumit.

Plat item uji kir siapa takut. Tp masukkan aja buat pak menteri ya. Klo saya ini di kenakan pajak 6%/hari dr penghasilan. Coba tanyakan deh ke pengusaha aplikasi kemana itu larinya klo emang di katakan ga bayar pajak.

Saya sendiri exs taksi baik yg warna biru atau putih. Kenapa bisa pindah??

Krn masalah diskriminasi juga iya. Dimananya???
Ya krn ga boleh piara jenggot. Pdhl kan saya laki-laki dan saya muslim. Jadi knapa ga boleh piara jenggot.

Kedua perusahaan taksi terlalu banyak mengambil ke untungan dn driver sedikit sekali di kasihnya.
Argo naik tp persenan ga naik.
Bensin turun tp setoran naik.

Klo di sini saya bebas. Menentukan jam kerja. Dan bebas piara jenggot.
Dan ga ada user yg ketakutan dengan jenggot saya ko.

Knapa pengusaha taksi yg sudah besar takut di tinggal pelanggan krn jenggot drivernya.

Padahal selama saya bawa tamu ga pernah ada komplen dgn jenggot saya.

Dah gitu aja."

[Sumber: antiliberalnews.com]