Karena Dilarang Orang Tua, Mualaf Ini Belajar Islam Secara Sembunyi-Sembunyi

Rasa syukur dipertemukan kembali dengan bulan Ramadan tahun ini menyelimuti hati Paulus Miki Hans Kristian Koripande. Sebab sejak menjalani puasa Ramadan, banyak perubahan positif yang terjadi pada dirinya.


Meskipun banyak tantangan ketika pemuda yang karib disapa Miki itu menjalankan puasa pertama kalinya.

Menurut warga Bulak, Kenjeran ini, ketika pertama kali menjalankan puasa Ramadan pada empat tahun lalu, dia cukup berat.

Sebab dengan kesibukannya sebagai karyawan di sebuah pabrik kopi di Gresik, membuat pemuda 27 tahun itu harus selalu menahan lapar dan haus saat menempuh perjalanan cukup jauh dari Surabaya ke Kota Pudak.

"Kalau laparnya tidak begitu masalah. Tapi hausnya itu. Untuk menghilangkan rasa haus, biasanya saya selalu membasuh muka dengan cara berwudlu. Bikin adem," ungkapnya.

Menurut Miki, sebelum memutuskan menjadi muslim, kegiatan puasa sudah biasa dilakoninya sejak dia masih nasrani. Hanya saja setelah dibandingkan puasa saat menjadi muslim, sangatlah berbeda.

Menurutnya, makna dan arti puasa sesungguhnya sebagai bentuk ibadah untuk menahan lapar, haus, dan terutama menahan hawa nafsu benar-benar terasa dan terasah ketika dia menjalankan puasa di bulan Ramadan.

"Saya sebelumnya sudah pernah mencoba puasa layaknya umat muslim selama sebulan. Awalnya cuma iseng-iseng saja, ternyata manfaatnya sangat terasa," jelasnya.

Selain itu, anak pertama dari tiga bersaudara ini mengaku tantangan yang paling berat ialah saat dia harus sembunyi-sembunyi untuk melakukan berbagai amalan di bulan Ramadan.

Maklum, meski keluargnya mengizinkan menjadi muslim, namun kedua orangtuanya melarang untuk intens belajar agama Islam.

"Dulu mereka (orangtua, Red) sering bilang, ngapain kamu tawarih dan tadarus? Sehingga setelah saya pulang kerja, saya tidak diizinkan keluar rumah untuk melaksanakan amalan sunnah di bulan Ramadan itu," jelasnya.

Meski demikian, hal itu tidak membuat Miki berkecil hati. Supaya tetap bisa menjalankan ibadah layaknya muslim lain tanpa menyakiti hati kedua orangtuanya, Miki menggelar safari Ramadan sendiri.

Caranya setelah jam kerja usai, Miki tidak langsung pulang. Melainkan berkeliling masjid yang ada di Gresik untuk mencari takjil dan menu berbuka.

"Setelah itulah, saya ikut salat tarawih dan tadarus sebentar sebelum akhirnya pulang ke rumah," jelasnya.

Menurut dia, kegiatan ini rutin dia lakukan selama bulan Ramadan. Sehingga, hampir seluruh masjid yang ada di Gresik sudah pernah dia datangi.

Kegiatan berkeliling masjid tersebut juga biasa dia lakukan ketika hari libur. Hanya saja jika hari libur, dia biasa berkeliling masjid yang ada di Surabaya saja.

"Bagi saya, ini merupakan perjalanan spiritual sehingga saya semakin mantap untuk menjadi muslim," jelasnya.

Beruntung, saat ini orangtua Miki sudah lebih memberikan kebebasan untuk dia melakukan semua amalan sunnah di bulan Ramadan. Hal inilah yang membuat Miki tiada henti mengucapkan rasa syukur atas hidayah yang diberikan Allah kepadanya.

"Semoga apa yang saya lakukan menjadi berkah untuk hidup saya dan orang-orang terdekat," jelasnya. [jwp]