Pilih Mana, Mapan Dulu Atau Nikah Dulu?

Kebanyakan lelaki ingin memilih mapan dulu kemudian menikah,dengan alasan bisa bertanggung jawab kepada istri dan anak-anaknya, tapi herannya mereka memilih pacaran dulu sebelum mapan. Nah loh... wanitanya gimana? Begitupun sebaliknya wanita memilih laki-laki mapan untuk mereka nikahi. Siapa yang tidak senang jika mendapat pasangan matang dari segi komersial. Hmm niat nikahnya karena kekayaan kali yah? Kali ini kami akan membahas yang membuat doktrin untuk para pemuda pemudi. Kalau niat menikah setelah mapan, pastinya harus kerja keras dong, bukan pacarannya ditingkatkan.


Masalah kemapanan bukan hanya pasangan yang ingin menikah saja yang memikirkan hal ini, tapi orang tua mereka pun seolah tak mau ketinggalan dalam masalah ini. Yang paling menarik ketika orang tua justru berbicara mempesimiskan dan jauh dari keyakinan bahwa rezeki dalam kendali Allah, ‘Belum mapan udah mau nikah, emangnya mau makan batu??' Wow, kena di hati. Bisa jadi karna pikiran kamu terlalu sempit tentang rezeki atau ketidakpahaman bahwa Allah sudah mengatur rezeki pada diri masih-masing makhluk-Nya, sayangnya pemahaman sederhana pun tidak dilandasi sikap yakin dan percaya bahwa Allah selalu akan memudahkan jalan bagi orang-orang yang ingin mengikuti sunnah Rasulullah 'Alaihi Wasallam.

Ukuran kemapanan dari manusia mungkin berbeda-beda. Ada yang mengatakan belum punya rumah belum mapan, belum kerja berarti belum mapan. Kalo nunggu itu semua, terus kapan ada pikiran nikah, sedangkan hal dunia seperti itu tak bisa langsung didapatkan harus melalui proses. Sudah banyak yang membuktikan bahwa mapan sebelum menikah tidaklah menentukan sebuah rezeki setelah menikah, justru banyak yang telah menikah membuktikan setelah menikah rezeki begitu mudah mengalir. Tidak ada yang tahu rezeki manusia, lalu kenapa manusia takut menikah tapi tidak takut bawa anak gadis orang kemana-mana atau pacaran.

Ketika memutuskan menikah sebelum mapan, pertanyaan ini sering diucapkan oleh orang tua

"Kamu itu belum punya apa-apa, istrimu nanti mau kamu kasih makan apa?? Batu??"
"Masa iya Allah tega ngelihat hamba-Nya makan batu"

Ketika kita percaya rezki Allah, maka pertanyaan itu tidak akan muncul. Bersama-sama mencari rezki yang halal untuk keluarga setelah ikatan suci pernikahan jauh lebih diridhoi dan akan dilipatgandakan. Yang jelasnya,"Ga ada bujangan yang kaya". Tugas kita berikhtiar, nanti Allah yang mencukupi. Jangan hitung rezeki Allah dengan kalkulator manusia. Allah punya kalkulator yang jauh lebih canggih, kalkulator manusia tak kan sanggup menghitungnya.

"Dan jika kamu menghitung nikmat-nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya" (Qs Ibrahim [14] 34 & an Nahl [16] ayat 18).

Semoga artikel ini memberikan pencerahan, agar tidak takut dengan pernikahan dan kekwatiran rezeki setelah menikah.

Baca Juga: Istri Harus Qanaah, Dan Laki-laki Harus Tahu Perbedaan Uang Belanja dan Nafkah Istri