Ongkos bus tersebut dapat dibayar pakai kartu (card), atau langsung ke sopir karena bus tidak memiliki kondektur. Setelah bayar, baru kemudian cari tempat duduk kosong.
Suatu ketika, sang imam pergi ke mesjid seperti biasa. Ia pun membayar ongkos pada sopir lalu menerima kembalian, setelah itu beliau pun duduk di bangku belakang yang kosong.
Di tempat duduknya dia menghitung uang kembalian dari sopir yang ternyata lebih 20 sen. Sejenak iapun terpikir, uang ini dikembalikan atau tidak? Ah cuma 20 sen ini ... ah dia (sopir) orang kafir ini... atau aku masukin saja ke kotak amal di masjid...??
Setelah sampai di tempat tujuan, ia pun hendak turun bus dengan berjalan melewati sopir bus tersebut. Dalam hatinya masih bergejolak atas uang 20 sen itu, antara dikembalikan atau tidak. Namun ketika sampai di dekat sopir, spontan ia pun mengulurkan 20 sen sambil berkata: "Uang kembaliannya berlebih 20 sen".
Tanpa disangka-sangka, sopir itu mengacungkan jempol seraya berkata: "Anda berhasil..!!!"
"Apa maksud anda..?" Tanya imam masjid.
"Bukankah anda imam masjid yang biasa menumpang bus ini?" Tanya sopir.
"Betul" jawabnya
Lantas sopir itu berkata...
"Sebenarnya sejak beberapa hari ini saya ingin datang ke masjid anda untuk belajar dan memeluk Islam.. tapi timbul keinginan di hati saya untuk mengetahui bagaimana kepribadian anda sebagai imam masjid, apa benar Islam itu seperti yang saya dengar, jujur, amanah dan sebagainya. Saya sengaja memberikan kembalian berlebih dan anda berhasil. Saya akan masuk Islam". Kata sopir tersebut..
Saat Sang Imam turun dari bus dan menginjak jalan, kedua lututnya terasa lemas, gemetaran dan hampir jatuh ke aspal hinggah ia berpegangan ke tiang yang ada di dekatnya dan bersandar. Pandangannya menatap ke langit dan berkata, "Ya, Allah. Hampir saja saya menjual Agamamu hanya dengan 20 sen saja."