Sang pemilik rumah berpegang teguh pada pendiriannya untuk melawan pemerintah yang ingin menghancurkan gubuk sederhananya itu. Pemerintah setempat ingin mendirikan apartemen dan pusat-pusat perbelanjaan.
Rumah sederhana di Nanning, China selatan itu sering disebut juga Nail House atau rumah kuku. Sebuah istilah yang digunakan untuk menjuluki penduduk yang berani menolak untuk digusur rumahnya, meski mendapat banyak tekanan dari pengembang properti yang berlomba-lomba untuk membangun bangunan di atas sebidang tanah.
Julukan itu juga diberikan karena keberadaannya yang masih menonjol setelah banyak rumah di sekitarnya telah dihancurkan.
Hukum di negeri China memang melarang keras para pengembang untuk menghancurkan properti seperti rumah secara paksa tanpa kesepakatan yang damai dengan pemiliknya. Ketidaksepakatan ini muncul ketika kompensasi penggusurannya dianggap tidak memadai. Untuk kasus sengketa rumah kuku di Nanning ini telah berlangsung selama lebih dari sepuluh tahun dan hingga saat ini masih dalam tahap negosiasi.
"Kami tidak akan bergerak! Kami akan hidup hingga akhir hayat di rumah ini!" kata sang pemilik gubuk itu