Inilah Cuitan-Cuitan Terakhir KH. Ali Mustafa Yaqub

Mendiang KH Ali Musthofa Yaqub menyimpan 30 cuitan terakhir di akun twitter @AliMustafaYaqub yang dikelola oleh orang kepercayaannya. Dalam 30 cuit yang dilakukan pada 13 Maret 2015 lalu, Ali Musthofa membagi keresahan mengenai gerakan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan berbagai aksi teror yang terjadi.


Dia memberi kuliah twitter (kultwit) itu dengan judul NIIS, Khawarij, dan Terorisme. Menurut dia, kemunculan paham-paham radikal seperti ISIS tak lain karena berkelindannya paham Khawarij dan Muktazilah.

Paham Khawarij selalu mengumandangkan perlawanan terhadap pemerintah yang berkuasa. Bahkan, Khawarij tak segan akan melakukan percobaan pembunuhan terhadap pimpinan negara yang dianggap melakukan dosa besar.

"Kepala Negara yg telah melakukan perbuatan seperti itu wajib diperangi dan halal dibunuh. Inilah paham kelompok Khawarij," tulis dia.

Adapun paham Muktazilah yang berkembang dari pemikiran Washi bin Atha ingin memerangi pemimpin bangsa. "Menurut Mukhtazilah yang dimaksud amar makruf nahi munkar adalah memerangi para pemimpin bangsa," papar dia.

Sempat menghilang, keberadaan dua paham radikal itu mulai muncul pada 90-an. Usai Perang Teluk, dua paham itu tumbuh subur dan menyebar di berbagai belahan dunia.

Puncaknya, pada 2013 gerakan bernama ISIS menggeliat. Kelompok radikal yang mengatasnamakan Islam sebagai dasar pergerakannya, justru mencoreng agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Sebab, secara prinsip, ISIS tak ubahnya gerakan ekstrim yang kerap membunuh orang-orang tak berdosa.

"ISIS tidak pernah lahir dari rahim Umat Islam. Hal itu karena ISIS karakter dan perilakunya sangat jauh bertentangan dengan ajaran Islam," ucap dia.

"Oleh karena itu, mengaitkan ISIS dengan agama Islam akan melahirkan kesimpulan yang salah karena Islam adalah ajaran yang tertulis dalam Alquran & Hadist," tulis dia melanjutkan.

Ali Musthofa pun kemudian menyebut, sikap radikal itu muncul dari beberapa sumber. Selain bentukan pihak tertentu, terorisme juga muncul karena ketidakmampuan memahami agama.

"Terorisme juga dapat lahir karena kebodohan dalam memahami agama," ucap dia. [drm]