Rasulullah SAW lalu bersabda, "Saya tidak mempunyai apa-apa saat ini. Akan tetapi, ambillah apa yang engkau mau, dan jadikanlah itu utang bagiku. Jika suatu saat saya mempunyai sesuatu, saya akan membayarnya."
Umar lalu berkata kepada Rasulullah SAW, "Wahai Rasulullah, janganlah engkau memberikan sesuatu yang berada di luar batas kemampuanmu."
Rasulullah SAW tersenyum, lalu beliau bersabda kepada Umar,"Karena itulah saya diperintahkan oleh Allah."
Mari kita perhatikan kisah luar biasa yang dituturkan Sayyidah Ummu Salamah, istri Rasulullah SAW berikut ini. "Suatu hari Rasulullah SAW masuk ke dalam rumahku dalam keadaan muka pucat. Saya khawatir jangan-jangan beliau lagi sakit. Saya lalu bertanya: ya Rasulullah, mengapa wajahmu pucat begitu? Apakah Anda sakit?"
Rasulullah SAW menjawab,"Saya pucat begini bukan karena sakit, tetapi karena saya ingat uang tujuh dinar yang kita dapatkan kemarin. Sore ini uang itu masih ada di bawah kasur dan kita belum menginfakkannya."
Subhanallah, demikianlah bagaimana luar biasanya Rasulullah SAW. Beliau pucat pasi bukan karena sakit, bukan karena kurangnya uang dan kekayaan, namun karena ada uang yang masih tersimpan yang belum diinfakkan. Subhanallah. Kita pun demikian, terkadang pucat, sedih, dan murung. Namun bukan karena ada uang yang belum diinfakkan, malah sebaliknya, karena uang belum bertambah, belum banyak, belum sesuai target, dan tidak peduli apakah telah berinfak ataupun belum.
Sungguh Engkau wahai Rasulullah SAW betul-betul memiliki budi yang sangat luhur. Sejatinya harta bukanlah tujuan. Kekayaan bukan akhir pencarian, akan tetapi sarana untuk lebih mengabdi kepada-Nya. Karena itu, Jabir menuturkan,"Rasulullah SAW tidak pernah mengatakan 'tidak’ manakala beliau diminta." (HR Bukhari)
Yang menjadi pertanyaan, mengapa Rasulullah lebih giat lagi dalam bersedekah di bulan Ramadan? Pertama, karena kemuliaan waktunya. Di antara sebab dilipatgandakannya amal ibadah seseorang adalah karena kemuliaan waktu melaksanakannya.
Karena itu, dalam sebuah hadis riwayat Imam Turmudzi, ketika Rasulullah SAW ditanya,"Sedekah yang bagaimana yang paling utama?" Rasulullah SAW menjawab,"Sedekah yang dilakukan pada bulan Ramadan."
Kedua, membantu orang-orang yang berpuasa untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Rasulullah SAW bersabda,"Barang siapa yang memberikan berbuka kepada orang yang sedang berpuasa, maka pahalanya sama dengan orang yang berpuasa itu, tanpa berkurang sedikit pun".
Bayangkan, betapa banyaknya pahala mereka yang bersedekah pada bulan Ramadan kepada yang berpuasa. Di samping meraih pahala, juga apabila mereka mendoakan Anda, maka doanya akan dikabulkan.
Ketiga, puasa dan sedekah merupakan salah satu meraih surganya Allah. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bertanya,"Siapakah di antara kalian yang berpuasa hari ini?"
Abu Bakar menjawab,"Saya ya Rasulullah."
Rasul kembali bertanya,"Siapa di antara kalian yang hari ini mengantar orang yang meninggal dunia?"
Abu Bakar kembali menjawab,"Saya ya Rasulullah."
Rasulullah SAW bertanya lagi,"Siapa di antara kalian yang hari ini bersedekah?"
Abu Bakar menjawab,"Saya."
Rasulullah bertanya kembali,"Siapa di antara kalian yang hari ini menjenguk orang sakit?"
Abu Bakar kembali menjawab,"Saya ya Rasulullah."
Rasulullah SAW kemudian bersabda,"Siapa yang melakukan amalan di atas dalam satu hari, maka baginya surga."
Demikianlah, sedekah dan puasa merupakan dua hal penting untuk meraih surga.
Keempat, puasa dan sedekah merupakan dua hal sangat penting untuk menjauhkan diri dari api neraka. Dalam banyak hadis disebutkan,salah satunya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Rasulullah SAW bersabda,"Puasa adalah perisai." Maksudnya, puasa merupakan perisai dari api neraka, demikian juga sedekah merupakan penolak dari panasnya api neraka kelak.
Itulah beberapa rahasia mengapa Rasulullah SAW lebih dermawan lagi manakala bulan Ramadan tiba. Semua karena banyak rahasia dan keistimewaan yang hanya didapatkan pada bulan Ramadan dan tidak terdapat pada bulan-bulan lainnya.
Rasulullah SAW bersabda,"Orang yang dermawan itu dekat dengan Allah, dekat dengan surga, dekat dengan sesama manusia serta jauh dari api neraka. Sedangkan orang yang pelit dan kikir, ia jauh dari Allah, jauh dari surga, jauh dari manusia dan dekat dengan api neraka. Orang yang bodoh, tetapi dermawan, lebih dicintai oleh Allah, daripada orang yang rajin ibadah, tetapi pelit dan kikir." (HR Baihaqi). Wallahu 'alam Wishowwab.