Tata Cara Sholat Tahajud
Waktu Pelaksanaan Sholat Malam Atau Tahajud
- Sepertiga pertama, dimulai setelah sholat isya sampai jam 22.00, ini saat utama.
- Sepertiga kedua, kira-kira mulai dari jam 22.00 sampai dengan jam 01.00, ini saat yang lebih utama
- Sepertiga ketiga, kira-kira dari jam 01.00 sampai dengan masuknya waktu subuh, ini saat yang paling utama.
Jumlah Rakaat Sholat Tahajud
Jumlah rakaat salat tahajud adalah tidak terbatas, paling sedikit 2 rakaat dan dikerjakan dalam dua rakaat satu salam.Pertama: Cara yang dikemukakan Ibnu 'Abbas Radhiyallahu anhuma bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bangun pada malam hari lalu melakukan shalat dua raka'at dengan memperlama berdiri, ruku' dan sujud. Kemudian beliau pergi lalu tidur hingga meniup-niup.
Kemudian beliau melakukan itu sebanyak tiga kali dengan enam raka'at. Pada tiap kalinya beliau bersiwak dan berwudhu’ dan beliau membaca,
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ لأَيَاتٍ لأُوْلِي اْلأَلْبَابِ
(hingga akhir surat). Kemudian beliau melakukan shalat Witir tiga raka'at, lalu muadzin adzan dan beliau keluar untuk melakukan shalat Shubuh… (dan seterusnya hingga akhir hadits).
Kedua: Cara yang disampaikan 'Aisyah Radhiyallahu anhuma, yaitu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memulai shalatnya dengan mengerjakan dua raka'at yang pendek, lalu beliau menyempurnakan rutinitasnya melakukan shalat sebanyak sebelas raka'at. Pada tiap dua raka'at beliau salam dan melakukan witir satu raka'at.
Ketiga: Tiga belas raka'at seperti cara yang kedua.
Keempat: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan shalat malam sebanyak delapan raka'at dengan salam pada tiap-tiap dua raka'at, lalu shalat Witir sebanyak lima raka'at sekaligus, tanpa duduk kecuali pada raka'at akhir. (HR. Muslim, hadist no:738)
Kelima: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat sebanyak sembilan raka'at dengan melakukannya secara bersambung pada delapan raka'at tanpa duduk kecuali pada raka'at yang kedelapan, di mana di akhir raka'at ini beliau duduk untuk berdzikir kepada Allah, memuji-Nya dan berdo’a kepada-Nya, lalu beliau bangun tanpa salam dan meneruskan raka'at yang kesembilan, lalu setelah itu duduk, membaca tasyahud dan salam. Setelah salam beliau shalat lagi dua raka'at dengan duduk. (HR. Muslim, hadist no:746)
Keenam: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat tujuh raka'at seperti cara melakukan sembilan raka'at sebelumnya, (yaitu enam raka'at dilakukan secara bersambung tanpa duduk kecuali pada raka'at akhir, di mana beliau duduk untuk berdzikir, memuji Allah dan berdo’a kepada-Nya dan setelah itu bangun tanpa salam untuk melakukan raka'at yang ketujuh dan setelah itu baru beliau salam), lalu setelah salam beliau shalat dua raka'at dengan duduk.
Ketujuh: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat dua raka'at-dua raka'at lalu beliau shalat Witir tiga raka'at tanpa dipisahkan di antara tiga raka'at itu dengan salam (salam setelah tiga raka'at). Imam Ahmad meriwayatkan dari 'Aisyah Radhiyallahu anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat Witir tiga raka'at tanpa dipisah-kan di antara raka'at-raka'at itu. (HR. Ahmad dalam Musnadnya - hadits no. 24697)
Rasulullah Berdiri Sholat Malam Dengan Keadaan Lama
Di antara tuntunan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah bahwa beliau memperlama berdiri dalam shalat.Dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu anhu, ia berkata: "Aku shalat bersama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam lalu beliau memperlama berdirinya hingga aku ingin berbuat buruk." Ia ditanya, "Apa yang kamu akan lakukan?" Ia mengatakan, "Aku ingin saja duduk dan meninggalkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam." (HR. Bukhari & Muslim)
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata: "Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam memilih memperlama berdiri dalam melakukan shalat malam, dan Ibnu Mas'ud adalah seorang yang kuat yang selalu mengikuti Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia tidak ingin duduk, kecuali setelah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berdiri lama sekali yang tidak biasanya beliau dilakukan."
Rasulullah Terkadang Duduk Saat Mengerjakan Sholat
Ibnul Qayyim mengemukakan, bahwa shalat malam yang dilakukan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki tiga cara:Pertama: Shalat dengan berdiri dan ini yang paling sering beliau lakukan.
Kedua: Shalat dalam keadaan duduk dan ruku' dalam keadaan duduk pula.
Ketiga: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam membaca surat dalam keadaan duduk dan bila bacaannya tinggal sedikit beliau bangun lalu ruku' dalam keadaan berdiri.
"Bila ia shalat dengan berdiri maka itu lebih baik, dan barangsiapa yang shalat dengan duduk maka baginya setengah pahala orang yang shalat dengan berdiri, dan barangsiapa yang shalat dengan posisi tidur maka baginya setengah pahala orang yang shalat dengan duduk." (HR. Al-Bukhari, no. 1115)
Di antara keistimewaan yang dimiliki Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah, bahwa pahala yang beliau peroleh dengan shalat duduk adalah sama dengan pahala beliau shalat berdiri.
Abdullah bin 'Amr berkata, diceritakan kepadaku, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
صَلاَةُ الرَّجُلِ قَاعِدًا نِصْفُ الصَّلاَةِ
"Shalat seseorang dalam keadaan duduk adalah setengah pahala shalatnya dalam keadaan berdiri."
Lalu aku mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan aku dapati beliau tengah shalat dengan duduk, lalu aku letakkan tanganku di atas kepalanya, lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Ada apa dengan dirimu wahai Abdullah bin Amr?" Aku berkata, "Telah disampaikan padaku bahwa engkau bersabda, Shalat seseorang dalam keadaan duduk adalah setengah pahala shalatnya dalam keadaan berdiri. Dan kini engkau shalat dengan duduk."
Nabi SAW berkata:
أَجَلْ، وَلَكِنِّىْ لَسْتُ كَأَحِدٍ مِنْكُمْ.
"Betul, tapi aku tidak sama dengan kalian." (HR. Muslim, no. 735)
Wallahu a'lam bishawab...
Baca Juga: