Meniup Terompet Di Malam Tahun Baru Adalah Tradisi Dari Kaum Yahudi

Hampir tiap tahunnya diseluruh penjuru dunia tak pernah terlepas dari perayaan tahun baru. Seluruh masyarakat menyambutnya dengan berbagai parade, menyalakan petasan, dan meniup terompet sebagai bentuk kegembiraan mereka bahwa tahun baru telah datang.


Berbicara tentang terompet yang sangat erat kaitannya dengan tahun baru, ternyata ada sejarahnya. Mungkin sebagian besar dari umat muslim kurang mengetahui mengenai sejarahnya tersebut, ataukah bisa saja mereka sudah tahu tapi tak peduli karena dia menganggap bahwa tahun baru tidak ada kaitannya dengan agama.

Tahukah kalian bahwa budaya tiup terompet dimalam tahun baru merupakan tradisi dari kaum yahudi. Kaum yahudi menyambut tahun baru mereka yang jatuh pada bulan ketujuh pada sistem penanggalan mereka (bulan Tisyri) dengan cara meniup terompet. Setelah itu mereka kemudian merayakannya di bulan Januari sejak berkuasanya bangsa Romawi Kuno atas mereka pada tahun 63 sebelum Masehi. Sejak itulah mereka selalu mengikuti kalender Julian yang kemudian dirubah menjadi kalender Masehi atau nama lain kalender Gregorian.


Adapun yang dilakukan oleh kaum yahudi saat dimalam tahun baru adalah mereka selalu melakukan instropeksi diri dengan tradisi meniup terompet Shofar (serunai), sebuah alat jenis musik sejenis terompet. Kalau didengar dari suara bunyi Shofar, itu tidak jauh beda dengan suara bunyi dari terompet kertas yang biasa dipakai di Indonesia saat menyambut tahun baru.

Sejarah munculnya terompet sendiri diperkirakan sudah ada sejak tahun 1.500 sebelum masehi. Terompet inilah yang menjadi syiar dan simbol keagamaan yahudi saat merayakan pergantian hari menuju tahun baru. Terompet ini juga dipakai oleh mereka (yahudi) untuk memanggil jemaatnya untuk beribadah didalam "sinagoge" yang merupakan tempat ibadah mereka.


Hal ini telah dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Sahabat Abdullah bin Umar -radhiyallahu anhu- saat beliau berkata,

"Dulu kaum muslimin ketika datang ke Madinah, mereka berkumpul seraya memperkirakan waktu sholat yang (saat itu) belum di-adzani. Di suatu hari, mereka pun berbincang-bincang tentang hal itu. Sebagian orang diantara mereka berkomentar, "Buat saja lonceng seperti lonceng orang-orang Nashoro". Sebagian lagi berkata, "Bahkan buat saja terompet seperti terompet kaum Yahudi". Umar pun berkata, "Mengapa kalian tak mengutus seseorang untuk memanggil (manusia) untuk sholat". Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Wahai Bilal, bangkitlah lalu panggillah (manusia) untuk sholat" (HR. Bukhari - Muslim)

Dari Abu Umair bin Anas dari bibinya yang termasuk shahabiyah anshar, "Nabi memikirkan bagaimana cara mengumpulkan orang untuk shalat berjamaah. Ada beberapa orang yang memberikan usulan. Yang pertama mengatakan, "Kibarkanlah bendera ketika waktu shalat tiba. Jika orang-orang melihat ada bendera yang berkibar maka mereka akan saling memberi tahukan tibanya waktu shalat. Namun Nabi tidak menyetujuinya. Orang kedua mengusulkan agar memakai terompet. Nabi pun tidak setuju, beliau bersabda, "Membunyikan terompet adalah perilaku orang-orang Yahudi". Orang ketiga mengusulkan agar memakai lonceng. Nabi berkomentar, "Itu adalah perilaku Nasrani". Setelah kejadian tersebut, Abdullah bin Zaid bin Abdi Rabbihi pulang dalam kondisi memikirkan agar yang dipikirkan Nabi. Dalam tidurnya, beliau diajari cara beradzan." (HR. Abu Daud, Shahih)


Al-Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani berkata, "Terompet dan sangkakala sudah dikenal. Maksudnya (hadits ini), bahwa terompet itu ditiup lalu berkumpullah mereka (orang-orang Yahudi) saat mendengar suara terompet. Ini adalah syiar kaum Yahudi. Ia disebut juga dengan shofar (serunai)" [Lihat Fathul Bari (2/399), cet. Dar Al-Fikr]

Alasan mengapa Rasulullah sangat membenci terompet yahudi dan lonceng nashrani, itu karena demi menyelisihi mereka. Meniup terompet dan memukul lonceng merupakan urusan agama mereka, tapi sayangnya kebanyakan kalangan kaum muslimin pun ikut-ikut dengan perayaan ini.

Mungkin ada yang berkata, "Ini kan sekedar tiup terompet saja, kenapa harus dilarang?"

Meskipun meniup terompet merupakan hal sepele dan mereka menganggap boleh-boleh saja, berarti anda mulai mengikuti sedikit demi sedikit, sejengkal demi sejengkal, hingga paling terkecil dari ajaran mereka.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya". Kami (para sahabat) berkata, "Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?" Beliau menjawab, "Lantas siapa lagi?" (HR. Muslim)

Rasulullah pun memperingatkan umatnya untuk tidak menyerupai suatu kaum, "Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk kaum tersebut" (HR. Abu Dawud (4031). Di-hasan-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (4347)

Berkata Sufyan Ibnu 'Uyainah dan yang lainnya dari kalangan tabi'in:

"Sungguh orang yang rusak dari kalangan ulama kita, karena penyerupaannya dengan Yahudi. Dan orang yang rusak dari kalangan ahli ibadah kita, karena penyerupaannya dengan Nashrani" (5 Iqtidha' Ash-Shirathil Mustaqim 1/79 Dar A'Alamil Kutub, Beirut, cet. VII, 1419 H, tahqiq: Nashir Abdul Karim Al'Aql, syamilah)

Marilah untuk tidak ikut-ikut dalam ritual tradisi mereka. Larang anak-anak kita untuk tidak meniup terompet karena hal itu merupakan tradisi dari ajaran dalam agama mereka. Didik anak-anak kita untuk menjadi seorang muslim sejati yang mencintai agamanya (Islam). Wallahua'alam

Baca Juga: Inilah Alasan Joseph Cohen (Mantan Rabbi Yahudi) Memilih Masuk Islam